Membaca kompasiana dan beberapa media online sambil beristirahat di rumah
saya menemukan beberapa berita yang terkait dengan kegiatan Palang Merah
Indonesia (PMI) dalam rangka memperingati hari lahirnya yang ke 68. Saya
ternyata lupa bahwa tanggal 17 September adalah hari kelahiran organisasi PMI
yang merupakan organisasi yang pertama kali didirikan setelah kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Singkatnya Umur PMI hanya sebulan lebih mudah dari
umur NKRI.
Mendengar PMI yang terlintas dibenak masyarakat adalah darah. Ya, karena
sudah jadi pengetahuan umum bahwa masyarakat yang memerlukan darah biasanya
terlebih dahulu menghubungi PMI setempat, bila tidak terpenuhi barulah mencari
donor darah dari orang-orang terdekat dan kenalan. Memang hal ini tidak salah
karena salah satu kegiatan utama PMI adalah di bidang donor darah, namun selain
itu PMI mempunyai sangat banyak kegiatan yang terkait bidang kesehatan dan
pengobatan yang menyasar segala golongan dan usia termasuk di kalangan para
pelajar dan mahasiswa.
Kegiatan PMI dikalangan para pelajar tingkat SMP dan SMA adalah Palang
Merah Remaja (PMR). PMR menjadi salah satu kegiatan ekstrakulikuler di sekolah
yang sangat bermanfaat untuk diikuti oleh para remaja. Sesuai dengan nama dan
organisasi yang menaungi pembinaannya, PMR lebih fokus mengajarkan para remaja
terkait kesehatan dan pengobatan. Biasanya PMI menjadi ekskul favorit bagi para
remaja yang bercita-cita menjadi dokter, bidan, perawat atau yang berhubungan
dengan kesehatan dan pengobatan. Mungkin karena itu kadang-kadang PMR relatif
kurang peminatnya dibanding ekskul seperti Pramuka ataupun Paskibra. Padahal
kegiatan dalam ekskul PMR tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan dan
pengobatan, namun sangat banyak kegiatan yang sangat bermanfaat dan bisa
berguna/diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam jangka waktu yang lama.
Ekskul PMR juga mengajarkan baris-berbaris, pengenalan medan di alam bebas,
latihan halang rintang, organisasi dan penanganan bencana, memasak di dapur
umum, kerjasama tim, mendirikan tenda, membuat tandu bahkan pelajaran menulis
untuk majalah dinding dan seni budaya juga menjadi variasi materi yang
diajarkan, serta banyak lagi kegiatan-kegiatan yang menarik lainnya. Tak jarang
para anggota PMR saling belajar untuk memahami pelajaran di sekolah. PMR Senior
yang mempunya kelebihan pada mata pelajaran tertentu seperti eksakta akan
membimbing teman lainnya termasuk adik-adik kelas yang kesulitan dalam memahami
suatu pelajaran.
Yang paling mengasyikkan dan paling ditunggu-tunggu para anggota PMR adalah
praktek lapangan dimana masing-masing tim yang terdiri dari 6 orang saling
bekerja sama dalam menghadapi suatu simulai penanganan bencana dan evakuasi.
Meskipun setiap anggota tim memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif
sama, namun mereka masing-masing memiliki tanggung jawab sesuai dengan apa yang
paling menonjol dikuasai dan disenangi. Ada yang bertugas membuat tandu untuk
mengangkut pasien yang dirakit dari bambu dan tali, ada yang bertugas menangani
pasien sesuai dengan kasus yang diberikan seperti patah tulang, luka bakar,
shock, perdarahan dan sebagainya, ada yang bertugas menjadi pencari dan pembuka
jalan dalam rangka evakuasi.
Untuk meningkatkan semangat dan makin menguasai ilmu yang diajarkan, PMI
sering mengadakan even-even pertemuan dan perlombaan seperti acara Jumpa Bakti
Gembira (Jumbara) dan berbagai perlombaan keterampilan khusus antar sekolah.
Masing-masing anggota PMR saling berlomba kecepatan, kecermatan dan
pengetahuannya. Ada lomba merakit tandu, lomba membalut luka, lomba dapur umum,
lomba mendirikan tenda berbagai jenis, hingga lomba cerdas cermat dan lomba
karya tulis. Salahsatu keistimewaan para siswa yang mengikuti PMR yang sering
membuat iri siswa lain yaitu anggota PMR yang bertugas sebagai tim kesehatan
diperbolehkan tidak ikut berbaris dalam upacara bendera, anggota PMS biasanya
bersiap di tempat paling belakang yang biasanya teduh sambil mengawasi siapa
tahu ada siswa/i yang kelelahan/akan jatuh pingsan atau bersiap di ruang UKS
menunggu siswa/i yang membutuhkan perawatan lebih lanjut. Di samping itu para
anggota PMR selalu diajak dalam setiap kegiatan sekolah dan ekstrakulikuler
lainnya karena dianggap lebih siap dan memiliki kompetensi lebih baik dari yang
lainnya dalam menangani masalah-masalah kesehatan, kecelakaan ataupun
kedaruratan lainnya.
Mengikuti ekstrakulikuler PMR memberikan banyak pengetahuan dan
keterampilan yang selalu dibutuhkan kapan saja bahkan hingga dewasa. Sampai
sekarang pun, saya yang selalu mengikuti ekstra kulikuler PMR sejak SMP hingga
SMA bahkan saat kuliah masih dilibatkan dalam membimbing adik-adik PMR di
almamater SMA, masih mempraktekkan banyak hal yang dipelajari di PMR seperti
pola hidup sehat, menjaga kebersihan dan kesehatan, tidak panik bila terjadi
kedaruratan hingga menangani pertolongan pertama pada kecelakaan untuk mencegah
hal-hal yang lebih berbahaya. Pengalaman tersebut juga kini saya teruskan pada
anak-anak saya. Syukur-syukur bila saat SMP atau SMA nanti mereka juga mau
mengikuti ekstrakulikuler PMR seperti Ayahnya.
Berdasarkan pengalaman ini, maka saya berani merekomendasikan pada
adik-adik para pelajar yang bersekolah di SMP atau SMA, ikutlah kegiatan
ekstrakulikuler yang positif seperti PMR karena akan sangat berguna dan
bermanfaat mengisi waktu luang dengan kegiatan dan interaksi yang positif bahkan
dapat menjadi pengetahuan tambahan untuk pelajaran-pelajaran disekolah seperti
pelajaran biologi atau ilmu pengetahuan alam. Bila tidak tertarik dengan PMR,
mengikuti ekstrakulikuler lain pun juga memberi manfaat yang positif. Meskipun
begitu saya tetap menomorsatukan PMR, karena berdasarkan yang telah dialami,
Ekskul PMR adalah yang paling cool diantara ekskul-ekskul yang lainnya. Salam.
Sumber :
https://www.kompasiana.com/amirsyahoke/ekstrakurikuler-ekskul-pmr-memang-cool_552aa353f17e61ba29d623b9
https://www.kompasiana.com/amirsyahoke/ekstrakurikuler-ekskul-pmr-memang-cool_552aa353f17e61ba29d623b9